Feeds RSS
Feeds RSS

Jumat, 14 Mei 2010


Bayi Kembar Siam Lampung Hanya Memiliki Satu Jantung

Tim dokter Rumah Sakit Abdul Muluk Bandar Lampung menyatakan bayi kembar siam dari pasangan Wawan dan Iis Amelia, warga Lampung Tengah, hanya memiliki satu jantung. Dua bayi yang lahir dempet di bagian perut itu berbagi jantung yang sama.

“Setelah melakukan pemeriksaan detail, kedua bayi berbagi satu jantung,” kata Prambudi, dokter yang merawat bayi tersebut, Minggu (31/1).

Karena dua bayi tersebut saling berbagi jantung, tim dokter langsung merujuk dan membawa bagi kembar siam itu ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo untuk mendapat perawatan intensif dan operasi pemisahan. Sebab, Rumah Sakit Abdul Muluk kekurangan tenaga dan peralatan medis. “RSCM lebih berpengalaman dan peralatan lebih lengkap dibanding kami,” kata Prambudi, dokter spesialis anak itu.

Sebelumnya, tim dokter Rumah Sakit Abdull Muluk menyatakan kedua bayi itu mempunyai jantung masing-masing dan normal. Tetapi, setelah melakukan pemeriksaan secara detail terhadap tubuh bayi, ternyata hanya memiliki satu jantung.

Kedua bayi itu telah diberangkatkan ke Jakarta melalui perjalanan darat dengan menggunakan mobil ambulans sore kemarin. Menurut dokter, kondisi kesehatan bayi masih stabil dan sangat bagus.

Bayi kembar siam dari pasangan Wawan, 25 tahun, dan Iis Amelia, 24 tahun, itu lahir melalui operasi sesar di Rumah Sakit Mardi Waluyo, Kota Metro, Lampung. Berat kedua bayi saat lahir adalah 4,5 kilogram dengan panjang 50 sentimeter. Iis Amelia, ibu kedua bayi, saat ini masih menjalani perawatan intensif di ruang Intensif Care Unit Rumah Sakit Mardi Waluyo.

Kondisi Iis masih lemah dan kesadarannya belum pulih. Wawan, suaminya, mengatakan Iis belum mengetahui bayi yang ia lahirkan kembar siam. Pria yang sehari-hari bekerja sebagai buruh serabutan itu berharap kedua anaknya selamat jika harus menjalani operasi pemisahan. “Anak saya selamat dan istri cepat pulih,” kata dia.

Warga Terbanggi Besar, Lampung Tengah, itu berharap pemerintah mengratiskan seluruh biaya perawatan ibu dan kedua anaknya. “Saya tidak punya uang untuk merawat kedua anak saya dan biaya pengobatan ibunya,” ujar Wawan.


Pada tahun 1955 di sebuah desa kecil di luar Casablanca, 26 tahun Zahra Aboutalib hamil dengan anak pertamanya. dan sudah merasakan akan melahirkan, setelah 2 hari kesakitan akhirnya ia dilarikan ke rumah sakit setempat. Dokter memberitahu bahwa ia akan membutuhkan operasi caesar. Di bangsal Zahra melihat seorang wanita ketika melalui proses melahirkan. Ia melarikan diri dari rumah sakit karena takut dia akan menemui nasib yang sama jika ia tetap di rumah sakit.

Pada hari-hari berikutnya, Zahra terus menderita sakit dengan bayi masih didalam rahimnya. Setelah beberapa hari rasa sakit berhenti dan bayi berhenti bergerak.

Dalam budaya Maroko, diyakini bahwa seorang bayi dapat tidur di dalam ibu untuk melindungi kehormatan. Zahra percaya mitos ini dan meletakkan kehamilan dari pikirannya. akhirnya dia mengadopsi tiga anak dan berharap bisa menjadi nenek.

Bertahun-tahun kemudian, di usia 75 tahun rasa sakit itu tiba-tiba kembali. lalu putra adpsinya membawanya ke seorang spesialis. Untuk ini mereka harus melakukan perjalanan ke Rabat di mana mereka akan bertemu Profesor Taibi Ouazzani. Ia menduga perut buncit itu disebabkan oleh tumor ovarium dan memeriksanya dengan suara ultra-scan. Hal ini menunjukkan massa yang besar bahwa ia tidak bisa mengidentifikasi.

Zahra dirujuk ke dokter spesialis radiografi untuk pendapat kedua. Dia bisa melihat itu adalah struktur calcified dari beberapa macam, tidak lama kemudian scan MRI mengungkapkan bahwa bayi Zahra telah mengandung 46 tahun sebelumnya.

Zahra mengalami kehamilan ektopik di mana telur telah tertanam dalam tabung tuba. Janin yang berkembang, meledak keluar dari tabung tuba dan terus berkembang dalam rongga perut. Berhasil bertahan dengan melampirkan itu plasenta ke organ-organ vital di sekeliling perutnya.

Profesor Ouazzania dihadapkan dengan keputusan yang sulit ketika memutuskan apakah akan aman untuk mencoba dan menghilangkan janin dengan berat 7lb dan panjang 42cm itu.


bayi yang jadi batu

operasi tetap dilakukan dan ditemukan bahwa janin telah calcified dan menjadi keras, benjolan padat. Saat itu, pada dasarnya, fakta tentang bayi jadi batu karna telah menyatu dengan dinding perut dan organ-organ vital.

Setelah hampir 4 jam para dokter bedah berhasil mengeluarkan janin dari calcified Zahra dan operasi dipuji sukses.


bagian dalam organ bayi

Dalam kehamilan ektopik, jika mati janin terlalu besar untuk dapat kembali diserap oleh tubuh ibu itu menjadi benda asing ke sistem kekebalan tubuh ibu. Untuk melindungi diri dari kemungkinan infeksi tubuh ibu akan membungkus janin dalam calciferous substansi sebagai jaringan mati dan dehidrasi.